Wednesday 7 October 2015

Review Novel: Aku Jatuh Cinta pada Dilanmu, Milea!


Mungkin gue termasuk orang yang telat tau tentang novel ini. Berawal dari melihatnya banyaknya temen gue yang ngomogin novel ini sekaligus merekomendasikannya, akhirnya gue pun tertarik untuk membeli buku ini.

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah salah satu novel karya Pidi Baiq (@pidibaiq) biasa orang-orang memanggilnya dengan sebutan “ayah” atau “surayah”. Jujur, sebagai warga Bandung, gue udah gak asing lagi mendengar namanya. Yang gue tau, ayah itu adalah anggota salah satu band bernama The PanasDalam, yang (sebenernya) gue pun gak tau lagunya seperti apa. Hanya saja gue tau salah satu lirik lagunya yang berjudul Dan Bandung, sedikit potongan liriknya seperti ini

“dan Bandung bagiku bukan cuma urusan wilayah belaka, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi.”

Novel ini menceritakan hal yang kllise sih kalo kata gue, kisah cinta anak SMA si cantik dan si keren. Ah, udah biasa banget kan? Tapi, ayah dengan ciamik mampu membuat novel ini menjadi sangat luar biasa dan mampu menyihir para pembacanya dengan suguhan kata yang bener-bener sederhana tapi ajaib. Aneh kan?

Setting novel ini adalah Kota Bandung di tahun 1990. Bandung yang sangat jauh berbeda dari saat ini. Bandung yang belum pernah gue lihat sebelumnya karena gue belum lahir pada tahun itu. Dan lagi-lagi, ayah mampu menggambarkan keindahan Kota Bandung saat itu dengan sangat baik.

Milea, gadis cantik pindahan dari Jakarta. Anak seorang TNI, ibunya mantan vokalis band. Tentu yang namanya “gadis cantik” pasti banyak laki-laki yang suka, salah satunya adalah Dilan. Pria yang katanya anak “geng motor” ini siapa sangka ternyata menyimpan banyak “keromantisan” dalam memikat hati Milea.

Dari awal perkenalan dengan Milea, Dilan melakukan cara yang tak biasa. Dilan berpura-pura menjadi seorang peramal. Hingga ada di suatu bagian, Dilan datang ke rumah Milea untuk memberikan surat undangan. Kau tau apa isinya? Undangan ke sekolah! Semua nama hari dan tanggal disertai di surat undangan itu, lengkap dengan nama kepala sekolah dan turut mengundang orang tua Milea. Kau harus membacanya sendiri bila penasaran :D

Pernah juga Dilan dengan “nekat” mengikuti Milea naik angkot saat pulang sekolah. Saat di angkot, Dilan berkata “Milea, kamu cantik. Tapi, aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalo sore.” Dan saat itu Milea hanya diam saja, tidak menjawab perkataan Dilan. Namun, sesampainya di rumah, sadar tidak sadar Milea terus memikirkan perkataan Dilan di angkot.

Milea sebenarnya sudah punya pacar di Jakarta, namanya Beni. Hal itu lah yang membuat Milea sering “mengacuhkan” kata hatinya bahwa ia memiliki ketertarikan kepada Dilan. Selain Beni, masih ada Nandan dan kang Adi yang diceritakan sebagai “saingan” Dilan. Nandan adalah teman sekelas Milea, sekaligus ketua murid juga. Sedangkan Kang Adi adalah mahasiswi ITB jurusan teknik yang menjadi pembimbing belajar Milea haha ini hanya modusnya kang Adi aja buat negedeketin Milea.

Gue gak bisa menjelaskan satu-satu “keromantisan” Dilan yang ditunjukkannya kepada Milea hehe takutnya malah jadi spoiler juga (biar kalian juga bisa membaca sendiri bukunya, biar bisa rasain sendiri gimana cengengesan disangka orang gila). Tapi, gue bakal ngasih tahu part-part menarik yang bikin gue masih ngerasa falling in love banget sampe sekarang sampe gue nulis ini

Dilan pernah memberikan hadiah ulang tahun kepada Milea yang bener-bener out of the box banget. Bukan barang mahal, bukan bunga mawar, bukan boneka beruang, apalagi sebongkah berlian. Bukan, bukaaaaan. Tapi, “hanya” sebuah TTS (teka-teki silang) yang cover nya foto wanita jepang yang digambarin kumis dan jenggot di wajahnya, serta ada satu balon kata seperti di dalam komik yang bertuliskan “Milea, ada titipan ucapan ulang tahun, nih, dari Dilan. Panjang umur katanya, dia sayang.” Serta ada selembar kertas yang disisipkan di dalam buku TTS yang berisi

SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.
INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS.
TAPI SUDAH KUISI SEMUA.
AKU SAYANG KAMU
AKU TIDAK MAU KAMU PUSING
KARENA HARUS MENGISINYA.
DILAN!

Ah, bener-bener so sweet kaaaaaan. Bikin meleleh. Hal yang sangat sederhana, tapi ngena. Hal yang murah, tapi romantis. Coba kamu beli buku TTS sekarang. Paling berapa sih harganya? Gue tebak sih gak akan lebih dari 10.000 tapi….. ah sudahlah, gue udah gak sanggup lagi. Yang pasti gue jatuh cintamu padamu, Dilan!

Belum lagi ketika Milea sakit. Kamu bisa tebak apa yang dilakukan Dilan? Bukan, bukan beliin bubur. Bukan juga jenguk Milea sambil bawa parcel buah. Apalagi cuma ngasih ucapan “Get well soon.”  Tapi, jauh dari itu, Dilan “ngirim” Bi Asih, seorang tukang pijat langganan keluarganya, ke rumah Milea. Ah, betapa Dilan benar-benar memperlakukan Milea sebagai seorang yang sangat istimewa dalam hidupnya.

Meskipun kata orang-orang Dilan adalah anak “geng motor” atau troublemaker, tapi Dilan menurut gue adalah orang yang paling bisa menjaga dan melindungi Milea dengan sangat baik. Gue bisa lihat kecemasan Dilan kepada Milea ketika sekolahnya diserang oleh “geng motor” sekolah lain. Juga ketika Dilan berkelahi dengan Anhar, gara-gara Anhar menampar Milea.

“Milea,jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti besoknya, orang itu akan hilang” – Dilan

Namun siapa sangka, dibalik pandangan sebelah mata orang-orang kepada Dilan, ternyata Dilan adalah orang yang sangaaaat mencintai Bundanya. Bahkan, ia selalu menceritakan semua tentang Milea kepada bundanya. Gue aja kayanya gak sedekat dan gak seleluasa curhat kaya gitu ke nyokap gue hehe Bundanya Dilan juga asyik! Gak heran kalo Milea bisa sangat dekat dengan Bunda. “Terima kasih, Bunda, sudah melahirkan Dilan.” – Milea.

“Kamu tahu caranya supaya aku nangis? Gampang. Menghilanglah kamu di bumi” – Dilan

“Jangan rindu. Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja.” – Dilan

“Malam ini, kalau mau tidur, jangan ingat aku, ya! Tapi kalau mau, silakan.” – Dilan

Ini ada puisi juga yang ditulis Dilan untuk Milea. Sssst, jangan sampai Dilan tau ya. Milea diam-diam mencatat puisi ini dari buku yang diberikan Dilan kepada Bunda.

“Milea 1”
Bolehkah aku punya pendapat?
Ini tentang dia yang ada di bumi
Ketika Tuhan menciptakan dirinya
Kukira Dia ada maksud mau pamer
(Dilan, Bandung 1990)

“Milea 2”
Katakan sekarang
Kalau kue kau anggap apa dirimu?
Roti cokelat? Roti keju?
Martabak? Kroket? Bakwan?
Ayolah!
Aku ingin memesannya
Untuk malam ini
Aku mau kamu
(Dilan, Bandung 1990)

Dan di akhir cerita, Dilan dan Milea sama-sama menandatangani sebuah kertas yang ada materainya. Apa isi kertasi itu? Kamu harus baca sendiri novelnya, ya! J

“Masih harus aku nyatain kalau kita pacaran? Apa masih harus aku bilang ke kamu, Lia, aku mencintaimu. Gitu? Kalau Lia mau, aku mau bilang.” – Dilan.

Ayah Pidi bener-bener bisa bikin tokoh Dilan ini dicintai oleh para pembacanya. Wanita mana coba yang gak kesemsem kalo diperlakukan seperti itu? Begitu pula dengan tokoh-tokoh lainnya. Saking serunya novel ini, gue cuma ngehabisin satu hari kurang lah buat ngabisin novel yang tebalnya 330 halaman ini. Buat hitungan gue, ini masuk rekor tercepat loh! Alur ceritanya bikin gue nagih buat terus lanjut baca halamannya satu per satu eh, gak kerasa aja udah sampe halaman terakhir. Highly recommended! Two thumbs up buat ayah! :D

Dilan, kan ku cari di mana dirimu berada
Kan ku cari Dilan-Dilan lain yang hidup di abad ini
Kan ku cari Dilanku sendiri
Bukan Dilanmu, Milea.
Andai aku telah lahir saat itu,
Kan kupastikan bahwa
Aku jatuh cinta padamu, Dilan.

No comments:

Post a Comment